Barometer.co.id-Manado. Ekspor nonmigas Sulawesi Utara pada bulan Februari 2022 mengalami pertumbuhan sebesar 50,65 persen dibanding bulan Januari 2022 (mtm). Pada Januari, nilai ekspor Sulut sebesar USD91,35 juta, sementara pada Januari hanya USD60,64 juta.
Namun dibanding Februari 2021 atau secara year on year, ekspor nonmigas Sulut mengalami penurunan 2,59 persen. Pada Februari 2021, nilai ekspor nonmigas Sulut sebesar USD93,78 juta.
Kepala Badan Pusat Stasitik (BPS) Sulut, Asim Saputra mengatakan, komoditas ekspor terbesar Sulut masih didominasi oleh Lemak dan Minyak hewan/nabati. “Pada Februari 2022, komiditas Lemak dan Minyak Hewan/nabati berkontribusi 66,92 persen terhadap total ekspor Sulut, atau sebesar 61,13 juta dolar,” kata Asim.
Komoditas ekspor terbesar kedua adalah Berbagai Produk Kimia sebesar USD7,58 juta (8,30 persen) dan Kopi, teh, rempah-rempah sebesar USD6,59 juta (7,21 persen). Komoditas Lemak dan Minyak Hewan/nabati menurut Asim mengalami peningkatan yang cukup besar dibanding Januari 2022, yakni sebesar 25,44 persen. Sementara Berbagai Produk Kimia meningkat 5,77 persen dan Kopi, teh, rempah-rempah tumbuh 2,03 persen.
Ekspor nonmigas Sulut paling banyak dikirim dari pelabuhan Bitung, yakni sebanyak 55.109 ton senilai USD67,16 persen atau mencapai 73,52 persen judari total ekspor. Pelabuhan muat dengan nilai terbesar kedua adalah Pelabuhan Amurang sebanyak 14.109 ton senilai USD13,51 juta (14,79 persen) dan pelabuhan Tanjung Priok 1.486 ton senilai USD5,49 juta (6,01 persen). Selanjutnya adalah pelabuhan Tanjung Perak sebanyak 1.309 ton dengan nilai USD4,51 juta (4,94 persen) dan Bandara Soekarno Hatta 25,85 ton senilai USD0,31 juta (0,34 persen).(jm)