Barometer.co.id – Amurang
Gerak cepat yang dilakukan oleh Bupati Minahasa Selatan (Minsel) Franky Donny Wongkar mengatasi pasca bencana Pantai Amurang yang meluluhlantakan jembatan Ranowangko dan perumahan warga membuahkan hasil menggembirakan.
Kepala Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto memastikan warga yang kehilangan rumah akibat bencana abrasi pantai yang melanda pesisir kelurahan Bitung dan yang paling besar di Kelurahan Uwuran satu akan direlokasi dan lahannya masih dipersiapkan Kementrian BPN/ATR.
“Untuk memastikan tahap-tahap penanganan bencana ini berjalan sebagaimana mestinya agar tepat sasaran bagi warga terdampak bencana” ujar Surharyanto saat di posko pengungsian yang terletak di BPU Kelurahan Lewet.
Lanjut dikatakan Surharyanto pelaksanaan pada tahap awal selama dua pekan pasca bencana adalah tahap tanggap darurat selama 14 hari yakni dari Pemerintah Pusat, melalui pemerintah daerah, TNI Polri, BMKG, BPN/ATR dan semua kementerian lembaga terkait memastikan agar keselamatan rakyat itu menjadi prioritas utama.
Disampaikan kepada Bapak Bupati Minsel agar dilakukan tahap tanggap darurat karena ada 133 data keluarga yang menetap di posko pengungsian selain itu berdasarkan hasil data yang terus dikembangkan setiap saat, Kepala BNPB menyebutkan sampai saat ini terdata ada 41 rumah yang terbawa air.
Setelah tahap tanggap darurat selesai diperkirakan dua Minggu dan tidak ada lagi ketambahan daftar pengungsi dan sudah jelas terdata rumah yang harus direlokasi rumah yang harus dibangun kembali rumah masyarakat maka dengan begitu selesai sudah tahap tanggap darurat.
“Bagi korban bencana yang rumahnya hilang, itu akan dipindahkan sudah disiapkan beberapa lahan oleh kementerian ATR, tapi bekerjasama dengan pemerintah daerah. Mereka ini dapat diyakinkan utk mendapat tempat tinggal yang baru oleh pemerintah,” imbuh Suharyanto.
Sementara itu, soal penyebab terjadinya bencana yang masih menimbulkan banyak tanya, Kepala BNPB mengaku belum bisa memastikan apa penyebab terjadinya peristiwa bencana tersebut.
“Kami belum bisa menjawab apakah disebabkan abrasi apalagi likuafaksi karena kejadian ini kan tidak didahului dengan fenomena alam, harus perlu kajian yang lebih dalam,” katanya.
Dijelaskannya nanti setelah tanggap darurat ada tim yang akan dikordinir oleh Kementerian PMK yang akan segera datang ke sini mencari penyebab yang pasti seperti apa karena ini memerlukan ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk itu saya membawa tim BMKG untuk menulusuri penyebab pasti dari bencana ini.
Selain meninjau langsung lokasi bencana, Kepala BNPB dan rombongan yang didampingi Bupati Minsel Franky Wongkar, juga menyalurkan bantuan tanggap darurat sebesr Rp500.000,000,- (lima ratus juta rupiah)
Kami menyiapkan dana 500 juta dan logistik. Nanti akan dikaji terus sesuai kebutuhan. Nanti pada tahap rehabilitasi mungkin lebih besar lagi karena ada relokasi rumah,”beber Suharyanto.
“Masih ingat kejadian di Semeru serta gempa palu rata-rata rumah itu nilainya di atas 100 juta. Kita perkirakan saja rumah saja sudah berapa. Belum lagi jalan jembatan. Jadi perlu kajian-kajian mendalam. Artinya tidak ada batasan anggaran. Relokasi sendiri harus cepat. Makanya pemerintah daerah pak Bupati sudah koordinasi terus. Supaya segera ditentukan lokasi relokasi yang clean and clear tidak ada sengketa, tidak ada masalah hukum dan memang lahan itu adalah milik negara,”tutup Suharyanto.
Untuk menjamin proses relokasi berjalan lancar, Bupati Minsel Franky Wongkar (FDW), mengatakan pihaknya akan melakukan upaya persuasif dengan masyarakat yang kena dampak.
Jadi pemerintah daerah akan melakukan komunikasi dan memberi tahu tentang resiko. Sehingga masyarakat sadar, dan mau untuk direlokasi,”ujar Bupati FDW.
Mengenai lahan rencana pemanfaatan relokasi tersebut Bupati FDW, masih akan dibicarakan dengan BPN/ATR untuk mencari lokasi yang layak.(jim)