LMI Minsel Usul Gunakan Baju Adat Pada Pencatatan Pernikahan di Capil

Barometer.co.id – Amurang
Budaya merupakan warisan leluhur yang menjadi identitas suatu bangsa. Bila kehilangan budaya, bisa disamakan suatu bangsa atau suku telah kehilangan pedoman hidup dan akar dimana dia berasal.

Prihatin dengan kian memudarnya warisan budaya suku Minahasa, Tonaas Laskar Manguni Indonesia (LMI) Minahasa Selatan (Minsel) Tommy Pantow (Topan) memintakan ada langka yang perlu diambil pemerintah. Dia mengingatkan jangan sampai jadi diri yang merupakan warisan leluhur hilang ditangan kita.

“Kita menyaksikan sendiri lambat laun warisan budaya leluhur kita hilang. Tentu kita tidak ingin sampai apa yang menjadi jati diri dan pedoman hilang. Bila ini terjadi kita di Minahasa terlebih khusus Minsel akan kehilangan arah dan itu memang telah terjadi,” tukas Pantow yang juga pemerhati Minsel.

Lebih jauh dia mengusulkan perlu ada langkah-langkah kongkrit agar anak cucu kita tidak lagi mengenal apalagi mengetahui budaya Minahasa. Paling tidak salah satu hasil budaya yakni baju adat.

“Baju adat itu memiliki simbol-simbol atau arti tertentu. Makanya kita usulkan langkah awal mengenalkan budaya yaitu baju adat. Nah kongkritnya paling tidak saat perkawinan di dinas Catatan Sipil, pasangan pengantin menggunakan baju adat,” ujar Topan yang juga dikenal sebagai pengusaha.

Bukan hanya baju, tata cara perkawinan juga dapat menggunakan bahasa adat. “Dengan demikian kita dapat memperkenalkan kembali bagian kecil dari budaya kita. Harapannya kedepan akan menjadi bola salju,” tukasnya.

Selain baju adat, Topan mengusulkan dimasukkannya bahasa daerah pada kurikulum sekolah dari SD sampai tingkat SMA/SMK. Pelajaran bahasa daerah pada generasi muda juga akan menaikkan pamor bahasa daerah. Sebab selama ini banyak yang tidak mau bertutur menggunakan bahasa daerah lantaran dianggap kuno.

“Perlu ada perubahan paradigma kita soal bahasa daerah. Jadi sangat tepat bila dimasukkan pada kurikulum sekolah. Dengan demikian generasi muda akan mengenal dan sangat baik bila menggunakan disamping bahasa Indonesia,” harapnya.

LMI dikatakannya siap berpartisipasi dalam pengenalan budaya. Sejumlah kegiatan sedang dirancang, terutama bagi generasi muda. Mulai dari tarian, musik sampai bahasa.

“Sebagai lembaga budaya, tentu kami siap membantu dalam pengembangan. Semoga kedepan kami bisa lebih aktif lagi membantu pemerintah dalam mempertahankan dan memajukan budaya Minahasa,” tutup Topan.(jim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *