Perkonomian Sulut Tumbuh 5,93%, Bank Indonesia Sebut Tren Pemulian Ekonomi Berlanjut

Barometer.c.id-Manado. Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II tahun 2022 tumbuh 5,93% (yoy), menguat dibandingkan capaian triwulan sebelumnya yang tercatat 3,89% (yoy). Kinerja perekonomian Sulut tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan perekonomian nasional yang tumbuh 5,44% (yoy). Bank Indonesia Sulawesi Utara melihat pertumbuhan ini menunjukkan tren pemulihan ekonomi di daerah ini terus berlanjut.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara, Arbonas Hutabarat mengatakan, kinerja perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2022 ditopang oleh normalisasi mobilitas masyarakat di tengah momentum HBKN Idul Fitri dan perayaan Paskah sehingga mendorong peningkatan konsumsi masyarakat.

“Relaksasi syarat perjalanan dan perpanjangan cuti bersama hari raya Idul Fitri mendorong peningkatan mobilitas masyarakat dan kinerja transportasi, baik darat maupun udara. Di samping itu, perbaikan perekonomian Sulut juga ditopang oleh kenaikan harga komoditas perikanan sehingga menjadi insentif produksi di sisi hulu,” kata Arbonas.

Dari sisi sektoral, kelima lapangan usaha (LU) utama Sulut menunjukkan penguatan pada triwulan II 2022. LU Transportasi yang memiliki kontribusi 9,01% terhadap perekonomian Sulut (ADHB, 2021) menjadi sumber pertumbuhan tertinggi pada triwulan laporan, yakni sebesar 1,62% (yoy) sejalan dengan normalisasi mobilitas masyarakat. LU Transportasi tumbuh 22,38% (yoy) menguat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,99% (yoy).

“Kinerja LU Transportasi dan Pergudangan sejalan dengan pelonggaran mobilitas dan syarat perjalanan di tengah momentum HBKN Idul Fitri. Perpanjangan cuti bersama dalam rangka HBKN Idul Fitri dan perayaan Paskah mendorong peningkatan perjalanan darat maupun udara,” kata Arbonas.

Peningkatan transportasi darat juga tercermin dari kenaikan Indeks Penjualan Riil Kelompok Bahan Bakar Bermotor sebesar 25,56% (yoy) yang menguat dari 17,63% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Meningkatnya kinerja LU Transportasi dan Pergudangan tercermin dari peningkatan google mobility report seluruh komponen. Rata-rata aktivitas di lokasi transit pada triwulan II 2022 sudah kembali ke level pra pandemi dengan berada pada level 3,69% di atas baseline yang lebih baik dibandingkan triwulan I 2022 dan triwulan II 2021 yang masih mengalami kontraksi masing-masing sebesar 5,37% dan 20,90% di bawah baseline. Pergerakan barang yang dimuat oleh angkutan laut pada triwulan II 2022 turut menopang kinerja LU Transportasi dengan tumbuh sebesar 72,49% (yoy).

LU Pertanian sebagai LU terbesar perekonomian Sulut tumbuh menguat pada triwulan II 2022 ditopang oleh kinerja Sub LU Perikanan. Kinerja LU Pertanian tercatat 7,62% (yoy) melanjutkan penguatan dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,45% (yoy).

LU Perdagangan Besar dan Eceran tumbuh menguat pada triwulan laporan sejalan dengan periode permintaan tinggi pada HBKN Idul Fitri dan perayaan Paskah. Kinerja LU Perdagangan Besar dan Eceran tercatat 7,69% (yoy) menguat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,65% (yoy).

Peningkatan Indeks Penjualan Riil ditopang oleh peningkatan penjualan pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau; Kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi; serta Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga.

LU Industri Pengolahan tumbuh 8,60% (yoy) menguat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,19% (yoy). Kinerja LU Industri Pengolahan ditopang oleh peningkatan Industri Pakaian Jadi sejalan dengan tingginya permintaan pakaian jadi menjelang hari raya Idul Fitri dan permintaan seragam anak sekolah menjelang tahun ajaran baru.

LU Konstruksi tumbuh setelah terkontraksi pada triwulan sebelumnya. LU Konstruksi tumbuh 2,62% (yoy) setelah mengalami kontraksi 3,11% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Kinerja LU Konstruksi sejalan dengan peningkatan realisasi belanja modal pemerintah terutama APBD, di tengah belanja modal APBN yang mengalami penurunan.

Sisi Pengeluaran

Selanjutnya dari sisi pengeluaran, Konsumsi RT dan Investasi tercatat mengalami penguatan pada triwulan laporan serta Ekspor tercatat tumbuh meskipun melambat. Namun demikian, terkontraksinya Konsumsi Pemerintah menahan pertumbuhanlebih lanjut.

Arbonas mengatakan, kinerja Konsumsi RT menguat dengan tumbuh 6,28% (yoy) dibandingkan capaian triwulan sebelumnya sebesar 5,95% (yoy) sejalan dengan periode permintaan tinggi seiring HBKN Idul Fitri dan perayaan Paskah.

“Pertumbuhan kinerja Konsumsi RT pada triwulan laporan ditopang oleh peningkatan aktivitas sosial ekonomi masyarakat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari google mobility report, di mana rata-rata aktivitas di lokasi retail and recreation serta grocery and pharmacy di Sulut masing-masing tumbuh 12,10% dan 34,29% di atas baseline dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang masih berada di bawah baseline,” jelas Arbonas.

PMTB atau Investasi tumbuh 1,15% (yoy) sejalan dengan peningkatan realisasi belanja modal pemerintah terutama yang berasal dari APBD. Perbaikan kinerja investasi juga ditopang oleh peningkatan realisasi belanja DAK Fisik dan realisasi belanja Dana Desa dibandingkan triwulan II tahun 2021.

Sementara itu, Impor Sulut menunjukkan kontraksi 7,86% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,80% (yoy). Kontraksi pada Impor Sulut sejalan dengan penurunan Impor Antar Daerah, yang tercermin dari penurunan volume barang yang dibongkar melalui angkutan laut sebesar 35,90% (yoy) di tengah terkontraksinya Impor LN sebesar 38% (yoy), terutama disebabkan kontraksi pada Impor Barang Intermediasi dan Impor Barang Modal masing-masing sebesar 67,99% (yoy) dan 24,74% (yoy).

Arbonas mengatakan, kinerja perekonomian Sulut cenderung tertahan oleh Konsumsi Pemerintah yang tercatat kontraksi sebesar 1,39% (yoy), setelah tumbuh 0,13% (yoy) pada triwulan sebelumnya. “Penurunan kinerja Konsumsi Pemerintah sejalan dengan penurunan realisasi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja bantuan sosial dibandingkan triwulan 2 tahun sebelumnya terutama yang berasal dari APBD. Di samping itu, penurunan lebih lanjut didorong oleh turunnya realisasi belanja pegawai dan belanja barang APBN,” ujarnya.

Konsumsi pemerintah yang masih berperan penting dalam perekonomian daerah diharapkan dapat dipercepat realisasinya terutama dari sisi belanja modal. Hal ini penting mengingat efek multiplier konsumsi pemerintah pada perekonomian.(jm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *