Barometer.co.id – Amurang
Perayaan Pengucapan Syukur (PS) kali ini sangat berbeda dengan dua tahun sebelum pandemi Covid-19. Biasanya kemacetan berkilo-kilo meter sudah menjadi tradisi lantaran Minahasa Selatan (Minsel) ‘diserbu’ warga Kabupaten dan kota se Sulawesi Utara. Sudah pasti keramaian di hampir semua rumah yang menyambut Tami dengan menyediakan makanan, tak lupa dodol serta nasi jaha sebagai ciri khas.
Pengucapan kali ini yang digeser ke bulan September menyesuaikan HUT Sulut dari seharusnya bulan Juli terasa sepi. Apalagi PS kali ini dilaksanakan serentak. Tidak ada kepadatan di jalan-jalan, maupun keramaian seperti biasa.
Menurut salah satu warga Amurang yang menyampaikan bahwa perayaan Pengucapan Syukur ini dari dulu dirayakan di pertengahan tahun. Biasanya di bulan Juli di Minggu ke dua. Sehingga tak pelak bila kali Pengucapan Sukur terasa sepi, tanpa kemacetan yang menjadi ciri khas. Apalagi banyak warga telah merayakan saat bulan Juli, sebagaimana tradisi turun temurun.
“Memang tidak seramai acara ini sebelum Covid-19. Bisa dilihat pedagang pasar biasanya tiga hari sebelum pengucapan sangat ramai dikunjungi pembeli. Justru kali ini pembeli sepi dan para pedagang sendiri yang menjual bahan-bahan membuat jajanan PS (dodol, nasi jaha -red) masih banyak tersisa barang dagangannya. Begitu juga para penjual daging sama saja. Mungkin karena tradisi ini biasanya dirayakan di bulan Juli di Minggu kedua,” ujar Marie Ottay.
Dia juga mengatakan kebiasanya juga bagi orang gunung-gunung di bulan Juli sekaligus merayakan hasil panen cingkehnya. “Perayaan PS dirayakan khusus bagi warga Amurang atau warga Minsel dan Minsela secara umum. Nah sedangkan ini dirayakan bersamaan seluruh Sulut. Pasti sepilah karena merayakan semua. ,”ujar Marie Ottay.
Ottay menambahkan, sepinya perayaan ini karena serentak juga karena mendekati hari Natal.
“Ya kalau memasuki bulan berawalan ber, begini kebiasaan kami terfokus untuk persiapan menyambut Natal dan Tahun baru. Biasanya mempersiapkan toples-toples, nah ini diperhadapkan dengan goyangan dodol. Lebe bae torang mo fokus persiapan Natal dan Tahun baru kace ang,” imbuh Ottay warga Kilometer tiga.
Dari pantauan arus lalu lintas dijalur trans Sulawesi tepatnya dari desa Tumpaan, Kelurahan Pondang, Ranomea, Bitung hingga pusat Kota Amurang dan Rumoong Bawah, Kawangkoan Bawah dari pagi hingga sore sangat lenggang. Arus kendaraan landai dan tidak macet.
Sementara itu petugas Polisi yang memantau dan berjaga-jaga jalannya arus lalu lintas menyebut ramai tapi lancar tidak macet.
“Sprint kami sebagai Polantas di jalur trans Sulawesi khusus di perayaan PS ini dari pagi jam 08:00 hinggga dini hari pukul 00:00 untuk mengawal, memantau dan berjaga-jaga sekaligus mengatur arus lalu lintas dan kondisi saat ini kadangkala ramai tetapi lancar,” ujar Aipda Christian S dari Polantas Polres Minsel.
Lanjut dikatakan Christian dari pengamatan arus lalu lintas sekira seribu hingga dua ribu kendaraan yang melintas di jalur trans ini.
“Untuk saat ini arus kadang kala ramai tetapi lancar tidak ada kemacetan dan kadangkala landai. Sekitar seribuan hingga dua ribuan kendaraan yang melintas di jalur ini dari pagi hingga sore. Pengalaman sebelum Covid-19 memang kesiagaan kami polantas dari H Mines empat atau jelang PS saja sudah siap. Memang kepadatan arus lalu lintas cukup padat yaitu di pusat kota perbelanjaan pasar 54 Amurang dan pasar Tumpaan. Terlebih arus lalu lintas di hari sabtu sore hingga malam memang padat sekali, karena banyak warga Minsel yang kerja di Manado berdatangan untuk merayakan PS selain itu juga para tamu yang datang lebih awal,” ucap Christian.
Menurutnya justru perayaan PS di bulan Juli belum lama ini lebih ramai. “Justru bulan Juli belum lama ini ada sebagian warga Minsel yang merayakan PS sendiri, itu arus lalu lintas lebih padat, saat ini tidak begitu ramai karena dirayakan secara serentak,” tutup Christian yang di Aminkan kedua rekannya Bripka Avix Kurniawan danBripka Arthur Lintang yang mengatur arus lalu lintas dijalur trans Sulawesi.(jim)