Barometer.co.id-Manado. Masyarakat Sulawesi Utara (Sulut) banyak yang menderita penyakit diabetes, hipertensi dan kardiovaskular. Bahkan Sulut termasuk provinsi di Indonesia dengan kasus yang tinggi untuk tiga penyakit tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan satu tindakan dini agar penyakit tersebut dapat dihindari. Salah satunya adalah dengan health technology, termasuk melakukan skrining kesehatan.

Peneliti Health Collaborative Center (HCC) dan pengajar Kedokteran Kerja dari FKUI Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi MKK menyampaikan, orang yang menderita tiga penyakit tersebut bersama kolesterol, hipertensi dan stroke harus minum obat seumur hidup.

Ia juga menyampaikan, Indeks Produktivitas orang yang menderita diabetes, 4 kali lebih rendah dibanding yang tidak. Dan berdasarkan data di mana banyak masyarakat Sulut yang menderita diabetes, maka hal ini tentu akan berdampak pada produktivitas Provinsi Sulut secara keseluruhan.

Menurutnya, Pemerintah Provinsi dapat melakukan penelitian di lingkungan kantor untuk melihat tingkat produktivitas pegawai yang menderita penyakit ini. “Penelitian dapat dilakukan dengan mengambil sampel 200 sampai 300 pegawai. Saya yakin, pegawai yang mengidap penyakit di atas lebih banyak izin sakit dibanding yang tidak,” jelasnya.

Penyakit-penyakit tersebut di atas menurut dr Ray dapat dicegah dengan memanfaatkan health technolgy, di antaranya dengan melakukan skrining kesehatan. “Dengan melakukan skrining kesehatan, akan dapat diketahui apakah seseorang memiliki gejala penyakit tersebut. Dengan demikian bisa dilakukan pencegahan,” kata dr Ray pada diskusi bersama Ikatan Wartawan Online (IWO) Sulut, Senin (02/01/23).

Biaya skrining menurut dr Ray memang lebih mahal, namun biaya yang bisa dihemat bisa mencapai 80 persen. Ia mengatakan, biaya yang harus dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan untuk pengobatan pasien kolesterol, hipertensi dan stroke bisa mencapai Rp300 triliun. “Tiga penyakit ini yang membuat BPJS Kesehatan jebol. Namun dengan melakukan skrining maka hal tersebut dapat dicegah,” katanya.

Ia mengatakan, pemerintah dapat membuat study untuk melihat berapa investasi yang dapat dihemat jika memanfaatkan health technology. “Investasinya mungkin besar, namun biaya yang bisa dihemat jauh lebih besar,” ujar dr Ray yang di tengah kesibukannya menyempatkan diri untuk melakukan sharing dengan wartawan media online di Sulut.(jm)