HLM TPID dan GNPIP Langkah Awal Jaga Inflasi Pangan di Sulut

Barometer.co.id-Amurang. Inflasi pangan menjadi salah satu perhatian Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulawesi Utara. Salah satu langkah antisipasi adalah dengan menggelar High Level Meeting (HLM) TPID di Amurang, Selasa (27/02/24). Selain HLM TPID, juga digelar HLM Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

“HLM ini menjadi langkah awal di tahun 2024 untuk menekan inflasi pangan,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi (KpwBI) Sulawesi Utara, Andry Prasmuko.

Langkah pengendalian inflasi pangan menurutnya bukan hanya HLM ini, melainkan ada sejumlah program lain yang akan disinergikan bersama. Dalam menjaga stabilitas harga pangan, pihaknya menyiapkan tujuh program unggulan GNPIP. Di mana, programnya dipadukan dalam 4K yaitu Keterjangkuaan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif.

Tokoh Agama menurut Andry juga akan dirangkul dalam mengendalikan inflasi pangan di daerah ini. “Tokoh agama ikut serta secara aktif dalam mencegah para pedagang mengambil margin terlalu besar. Jadi semua kerja bersama. Semoga tidak ada lonjakan harga seperti tahun 2023,” katanya.

Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Gubernur Sulawesi Utara, Steven Kandouw. Ia mengapresiasi Bank Indonesia Sulawesi Utara yang menginisiasi HLM TPID, TP2DD dan GNPIP.

“Saya mengapresiasi pak Andry yang mengadakan acara ini. HLM saya setuju karena jujur saya sampaikan bapak ibu ini takut sama pimpinannya, takut  melaksanakan eksekusi. Ini yang hadir langsung petinggi mendengar sendiri bagaimana berbahayanya harga pangan kalau tak dikendalikan,” tutur wagub.

Ia mencontohkan harga beras saat ini yang menyentuh Rp18.000/kg dan merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah. Apabila harga beras terus demikian dan tidak turun, akan berpengaruh ke masyarakat. “Singkat kata, kenaikan harga pangan ini satu hal amat berbahaya,” katanya.

Wagub Kandouw juga menyampaikan dugaannya terjadi permainan harga bahan pangan dilakukan oleh tengkulak. Para tengkulak menurutnya telah mengidentifikasi sentra produksi pangan di Sulut. Mulai dari kentang di Modoinding hingga tomat di Langowan dan Tompaso. Jauh-jauh hari, mereka sudah membeli produk pangan tersebut dari petani.

“Hasilnya produk pangan tersebut dibawa ke pasar-pasar besar seperti di Kota Manado, dan akhirnya yang untung adalah para tengkulak ini,” katanya.

Terkait TP2DD, Prasmuko mengatakan, hal ini untuk meningkatkan transaksi digitalisasi di Sulut. “Ini untuk mendorong peningkatan Pendapafan Asli Daerah. Kehadiran BSG diharapkan bisa semakin membantu sehingga harapan kami semua PAD meningkat karena penerimanya lebih mudah dan langsung masuk ke BSG,” katanya.(jou)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *