Barometer.co.id-Manado. Pada bulan Maret 2024, Provinsi Sulawesi Utara mengalami inflasi sebesar 1,07 persen secara month to month (mtm). Sebelumnya pada bulan Januari dan Februari 2024, Sulut mengalami deflasi, yakni masing-masing 0,41 persen dan 0,63 persen.

Inflasi tahun kalender di Sulut pun sampai dengan bulan Maret sebesar 0,02 persen. Sedangkan inflasi tahun ke tahun pada bulan Maret 2024 sebesar 3,82 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara, Asim Saputra mengatakan, berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi terbesar terjadi pada kelompok Manakan, minuman dan tembakau sebesar 2,69 persen serta kelompok Transportasi 1,11 persen. Andil dua kelompok tersebut terhadap inflasi di Sulut pada bulan Maret pun menjadi yang tertinggi, yakni masing-masing 1,07 persen dan 0,14 persen.

“Untuk komoditas yang menjadi pendorong inflasi yaitu Beras sebesar 0,78 persen, cabai rawit 0,43 persen, Angkutan udara 0,12 persen, Telur ayam ras 0,06 persen dan kue basah 0,05 persen. Sedangkan komoditas penahan inflasi terbesar yaitu tomat -0,44 persen, daun bawang -0,14 persen, bawang merah -0,09 persen, wortel -0,02 persen dan lemon -0,01 persen,” kata Asim saat menyampaikan rilis, Senin (01/04/24).

Dari empat wilayah cakupan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sulawesi Utara, inflasi tertinggi terjadi di Kota Kotamobagu sebesar 1,72 persen, Kota Manado dan Kabupaten Minahasa Utara 1,10 persen serta Minahasa Selatan 0,53 persen.

“Komoditas Beras menjadi penyumbang inflasi terbesar di Manado, Kotamobagu dan Minahasa Utara. Sedangkan di Minahasa Selatan, komoditas cabai rawit menjadi penyumbang utama inflasi. Sementara komoditas tomat menjadi penahan inflasi di empat wilayah tersebut,” ujar Asim.(jou)