Panen Cabai Rawit di Talaud, BI Sulut: Bisa Hindari Gejolak Harga dan Jaga Inflasi

Barometer.co.id-Melonguane. Dalam rangkaian kegiatan di Kabupaten Kepulauan Talaud, 7-8 Juni 2024, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulawesi Utara juga melakukan panen cabai rawit di Desa Sawang, Kecamatan Melonguane.

Panen cabai rawit ini sebelumnya telah dilakukan BI Sulut di beberapa wilayah di Sulawesi Utara, seperti Manado, Bitung, Minahasa Utara, Tomohon, Minahasa hingga Kotamobagu. Dan pada Sabtu (08/06/24), dengan dipimpin langsung Kepala BI Sulut, Andry Prasmuko, melakukan panen cabai rawit yang merupakan budidaya Kelompok Tani (Poktan) Misu, Desa Sawang, Melonguane, Talaud.

“Panen cabai rawit ini merupakan sinergitas antara Bank Indonesia Sulawesi Utara dengan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud untuk menjaga ketahanan pangan,” ujar Andry.

Andry dalam kesempatan sebelumnya mengatakan, ketahanan pangan ini berkaitan erat dengan inflasi. Jika stok pangan cukup, maka harga di pasar akan stabil dan tidak akan terjadi inflasi. Apalagi cabai rawit selama ini menjadi salah satu komoditas yang sangat mempengaruhi inflasi di Sulawesi Utara. Panen cabai rawit yang diolah Poktan Misu ini pun dapat menjadi bagian dari pengendalian inflasi di Talaud.

Andry pun berharap, pendampingan terhadap kelompok tani dapat terus dilakukan agar mereka dapat secara mandiri berproduksi.

“Dengan memproduksi secara mandiri, petani cabai rawit ini bisa memenuhi kebutuhan di tingkat lokal dengan harga yang kompetitif. Selain itu, dengan adanya produksi dari petani dapat menghindari gejolak harga dan tidak dimainkan oleh spekulan,” katanya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Talaud, Dirman Gumolung mengatakan, kebutuhan cabai di Talaud dapat dipenuhi oleh petani lokal. “Sebanyak 80 sampai 90 persen kebutuhan cabai rawit di Kabupaten Talaud bisa dipenuhi oleh puluhan Kelompok Tani di Talaud. Mereka menanam cabai rawit varietas lokal,” katanya.

Sekretaris Daerah Talaud, Yohanis Kamagi mengatakan, struktur dan unsur hara tanah di Talaud memang tidak terlalu bagus tapi masih bisa menghasilkan. Ini berkat pendampingan dari penyuluh pertanian.

“Tanah di Talaud dasarnya karang. Oleh karena itu petani di daerah ini membutuhkan intensifikasi penyuluh pertanian. Ke depan, Kelompok Tani butuh dukungan bantuan teknologi seperti traktor, pompa air maupun pupuk. Semoga BI bisa memafisilitasi ini,” katanya.

Kelompok Tani Misu yang dikukuhkan pada tahun 2011 beranggotakan 11 orang. Dan sejak 2011 menjadi binaan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kepulauan Talaud. Luas lahan yang diolah Poktan Misu 5 hekar, di mana 1,5 hektar ditanami cabai rawit, dan 3,5 hektar lainnya ditanami komoditas lain seperti singkong, kacang merah dan terong.

Pada panen kali ini dilakukan di lahan 0,3 hektar dengan 2.500 pohon cabai rawit. Sementara produksi cabai rawit setiap siklus tanam bisa mencapai 1 ton. Hasil produksi cabai rawit ini dipasarkan di Melonguane.

“Kelompok Tani Misu diharapkan dapat terus meningkatkan produksi cabai rawit secara berkelanjutan sehingga dapat mendukung ketersediaan pasokan di Talaud. Dengan demikian dapat mendukung program pengendalian inflasi di Kabupaten Kepuluan Talaud,” tambah Dirman.

Rangkaian kegiatan KPwBI Sulawesi Utara di Kabupaten Kepulauan Talaud sebelumnya yaitu menggelar High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Talaud, memberikan bantuan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) di empat rumah ibadah, Kas Keliling yakni melakukan penukaran uang layak edar untuk masyarakat di pulau terluar, serta edukasi Cinta Bangga Paham (CBP) Rupiah.(jou)