Barometer.co.id-Manado. Nilai ekspor Sulut berfluktuasi dari bulan ke bulan, namun menunjukkan tren menaik. Pada Februari 2025, nilai ekspor nonmigas Sulut mencapai 101,24 juta dolar AS, tumbuh 44,42% (yoy) dan 15,95% (mtm).

Sejak Januari 2024, nilai ekspor Sulut berfluktuasi setiap bulannya. Seperti pada Januari 2024, senilai 58,55 juta dolar AS, kemudian pada Februari naik menjadi 70,10 juta dolar AS dan pada Maret turun menjadi 43,40 juta dolar AS. Selanjutnya nilai ekspor Sulut terus berflutuasi naik turun setiap bulannya hingga pada Januari 2025 mencapai 87,31 juta dolar AS dan pada Februari senilai 101,24 juta dolar AS.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara, Aidil Adha menyampaikan, 69,70% total ekspor Sulut disumbang oleh komoditas unggulan yakni Lemak dan minyak hewani/nabati senilai 70,57 juta dolar AS. “Nilai tersebut tumbuh 53,91 persen secara year on year dan 6,96 persen secara month to month atau dibanding Januari 2025,” kata Aidil, Senin (17/03/25).

Komoditas dengan nilai ekspor terbesar berikutnya adalah ikan, krustea dan moluska sebesar 7,72 juta dolar AS atau 7,62% dari total ekspor. Nilai ekspor komoditas ini juga mengalami pertumbuhan 10,10% (yoy) dan 13,37% mtm). Berikutnya adalah Berbagai produk kimis senilai 5,84 juta dolar AS. Komoditas ini mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi yakni 273,98% (yoy) dan 996,26 persen (mtm).

Aidil mengatakan, pada Februari 2025, negera tujuan ekspor terbesar Sulut adalah Tiongkok senilai 24,91 juta dolar AS atau 24,60% dari total ekspor. Selanjutnya adalah Filipina senilai 18,69 juta dolar AS (18,46%) dan Belanda senilai 16,97 juta dolar AS (16,76%).

“Secara kawasan, ekspor Sulut terbesar ke Asia yang mencapai 72,39 juta dolar AS atau 71,50 persen dari total ekspor. Sedangkan ke kawasan non Asia sebesar 28,85 juta dolar AS atau 28,85 persen,” ujar Aidil.

Untuk pelabuhan muat terbanyak masih di Pelabuhan Bitung sebanyak 42,46 ribu ton (46,63%) dengan nilai 53,36 juta dolar AS. Dari segi volume, pelabuhan Labuhan Uki menempati posisi kedua sebanyak 21,83 ribu ton (23,97%), namun nilainya hanya 0,77 juta dolar AS. Secara nilai, Pelabuhan Amurang di posisi kedua sebesar 23,54 juta dolar AS dengan volume sebanyak 17,45 ribu ton (19,16%).

Aidil mengatakan, untuk impor Sulut pada Februari 2025 senilai 21,13 juta dolar AS, tumbuh 55,61 % (yoy) dan 513,10% (mtm). “Komoditas terbanyak yang diimpor adalah Bahan bakar mineral senilai 17,66 juta dolar AS, kemudian Pulp dan kayu 0,96 juta dolar AS dan Mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya senilai 0,57 juta dolar AS,” jelas Aidil.

Negara asal impor Sulut adalah Malaysia yang mencapai 16,65 juta dolar AS atau sebesar 78,79% dari total impor.(jou)

Sumber: BPS Sulut.