Barometer.co.id-Amurang. Orang tua dari almarhum Keyla Maria Pangkey yang baru berusia 5 tahun lebih, warga Tumpaan menyesalkan pelayanan Klinik Balai Keselamatan (BK) Amurang. Hal ini dikarenakan saat menangani anaknya dirasa kurang maksimal alias kurang cepat. Terutama dalam mendiagnosa penyakit apa yang diderita anaknya. Sehingga diduga kematian anaknya hari Senin (01/03) disebabkan faktor tersebut.
Beri Pangkey, ayah dari almarhum anak Keyla saat ditemui hari ini Selasa (09/03)di kediamannya menjelaskan kronologis hingga anaknya meninggal. Dalam jangka waktu 4 hari anaknya dibawa ke BK untuk rawat jalan. Awalnya pada hari rabu pekan lalu anaknya menderita demam disertai batuk. Pada hari Jumat-nya dan dibawa kembali ke BK lantaran sakit perut disertai ingin muntah.
Esok harinya karena belum ada perubahan Keyla diantar kembali ke klinik, lagi-lagi pihak BK hanya dimintakan rawat jalan. Sampai hari Minggu kondisi Keyla tampak makin kritis. Karena khawatir, kelurga membawanya lagi ke BK untuk minta perawatan.
“Melihat kondisi anak saya selain ngedrop juga mengalami kejang-kejang akhirnya dari klinik BK di rujuk ke rumah sakit GMIM Kalooran Amurang. Disana (RS GMIM Kalooran -red) anak saya sempat diambil darahnya untuk dipriksa ternyata trombosit anak saya menurun sekali, lalu tindakan RS Kalooran memberikan rujukan ke RSUD Prof Kandouw. Senin pagi hari anak Keyla dibawa ke RSUD Prof Kandouw. Disana sempat ada perawatan namun kehendak Tuhan berbeda, anak kami dinyatakan meninggal dunia setalah hasil diagnosa ternyata mengalami Demam Berdarah ,”jelas Bery pangkey ayah.
Menjadi penyelasan lantaran kenapa BK mendiagnosis bahwa anaknya terkena Demam Berdarah. Bila dari awal sudah diketahui, dapat perawatan yang sesuai. Selain itu juga pihak sudah berulangkali bolak balik, Keyla hanya diperintahkan rawat jalan. “Ini yang kami keluarga sesalkan. Mungkin bila lebih cepat penanganan dan diagnosis, Keyla tidak harus meninggal,” sebutnya.(jim)