Barometer.co.id-Manado. PLN Nusantara Power (NP) UPDK Minahasa bersama Universtas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado melakukan penandatanganan MoU dan PKS Penyelenggaraan Program Kemitraan Pendidikan, Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat untuk Keberlangsungan DAS Tondano.
Penandatanganan tersebut dilakukan pada Dies Natalis Fakultas Pertanian Unsrat, 31 Mei 2023 lalu. Universitas Sam Ratulangi bersama PLN Nusantara Power UPDK Minahasa berinisiasi melaksanakan Kerjasama dalam upaya pemberantasan Eceng Gondok dengan menggunakan metode pengendalian hayati atau memanfaatkan agen Biologis tersebut.
Pada umumnya terdapat banyak agen biologis, bisa berupa bakteri, serangga, jamur, dan lain-lain. Namun pada pertemuan bertempat di PLN Nusantara Power UPDK Minahasa, antara UNSRAT dan PLN NP UPDK Minahasa, menyepakati untuk melaksanakan penelitian dan inisiasi program Penyelamatan Kawasan Konsevasi Danau Tondano dengan menggunakan agen serangga.
Manager PLN Nusantara Power UPDK Minahasa, Andreas Arthur mengatakan, untuk langkah awal, agen serangga yang akan diteliti yaitu kumbang (Neochetina eichhorniae Warner dan Neochetina bruchi hustache) dan sejenis Wareng (Megamelus Scutellaris). “Adapun pilihan agen-agen lainnya akan disesuaikan dengan kesesuaian dan kemampuan serangga tersebut untuk beradaptasi pada lingkungan Danau dan DAS Tondano,” ujar Andreas.
Hal positif yang didapat dari penggunaan serangga tersebut di atas menurut Andreas adalah, bahwa serangga tersebut hanya menjadi predator eceng gondok. Hal ini terjadi karena serangga yang digunakan merupakan satwa asli dari habitat Eceng Gondok yaitu Sungai Amazon.
Hal ini tentu menjadi nilai positif tambahan, dimana program pelestarian ini tidak berdampak negative kepada tanaman asli pada DAS Tondano, pertanian masyarakat, biota danau, dan juga tambak ikan.
“PLN Nusantara Power UPDK Minahasa berharap dari Kerjasama dalam proyek Penyelamatan Kawasan Konsevasi Danau Tondano yang menggunakan metode Pengendalian Hayati ini, yang dikerjasamakan antara PLN Nusantara Power UPDK Minahasa dan Unsrat dapat terlaksana dengan baik dalam upaya menjaga kelestarian Danau Tondano,” kata Andreas.
Sehingga lanjutnya, melalui pemberantasan eceng gondok diharapkan dapat meningkatkan suplai air yang dibutuhkan pada pembangkit listrik PLTA Tonsealama dan PLTA Tanggari dan dapat meningkatkan kapasitas produksi dan juga masyarakat disekitar danau tondano dapat memanfaatkan danau tondano lebih luas lagi.
Pada saat ini Kerjasama akan diinisiasi dengan melaksanakan ujicoba skala laboratorium untuk mengetahui kecocokan agen dan dampak yang diakibatkan dari agen ujicoba. Diharapkan hasil penelitian ini mendapatkan dukungan dari stakeholder yang berada di DAS Tondano yaitu Pemerintah Daerah Sulawesi Utara, Minahasa, Minahasa Utara dan masyarakat sekitar DAS Tondano.
Eceng Gondok sendiri bukan tanaman asli Danau Tondano. Masuknya Eceng Gondok DAS Tondano diperkirakan melalui penggunaan alat berat dari Jawa pada tahun 1995. Semenjak saat itu pertumbuhan eceng tidak terkontrol dan menyebabkan terganggunya ekosistem Danau dan DAS Tondano secara keseluruhan. Sifatnya yg sangan invasive, sangat berbahaya terutama bagi biota dan flora asli danau Tondano.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mengatasi eceng gondok tersebut namum belum membuahkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu dipandang perlu dilakukan suatu metode baru yang diharapkan bisa lebih maksimal menyelesaikan eceng gondok tersebut.
Universitas Sam Ratulangi Fakultas Pertanian dan PLN NP Nusatara Power UPDK Minahasa berencana akan melakukan metode pengendalian hayati (biological control) yang memanfaatkan inscet biocontrol agent yang dapat mengurangi dan menghambat pertumbuhan eceng gondok di Danau Tondano.
Saat ini upaya pemberantasan Eceng Gondok dilakukan secara konvensional atau dengan cara mekanis dengan cara pengangkatan secara manual dimana metode ini membutuhkan upaya dan biaya yang cukup besar. Metode lainnya yang juga dapat dilakukan yaitu menggunakan bahan kimia, yaitu menyebarkan bahan kimia tertentu untuk mematikan tumbuhan Eceng Gondok agar mati dan menghilang.
Namun cara ini dianggap berbahaya, karena tidak hanya dapat meracuni eceng gondok, tetapi juga ekosistem lain di Danau dan DAS Tondano, sehingga cara kimiawi adalah cara yg paling dihindari. Cara-cara mekanis dan kimia dianggap kurang efektif dalam mengendalikan eceng gondok untuk jangka panjang dan dapat menimbulkan permasalahan pada badan air.
Metode yang dianggap sangat efisien dan aman untuk pengendalian eceng gondok jangka panjang adalah metode Biological Control (Pengendalian Hayati) yaitu dengan memanfaatkan agen biologis atau Biocontrol Agent. Pengendalian hayati eceng gondok tersebut telah dilakukan dan dinyatakan berhasil di berbagai belahan dunia seperti Negara Bagian Florida Amerika Serikat, India dan Afrika Selatan.(jm)