Barometer.co.id-Manado. Angka kemiskinan di Sulawesi Utara pada September 2020 mengalami kenaikan dibanding Maret 2020. Pada September, kemiskinan Sulut sebesar 7,78 persen, sementara pada Maret 7,62 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut merilis lima faktor penyebab meningkatnya kemiskinan di Sulut.

Plt Kepala BPS Sulut, Norma Regar mengatakan, fak-tor pertama adalah pertum-buhan ekonomi Sulut yang mengalami kontraksi. “Ekonomi Sulawesi Utara Triwulan III-2020 terhadap Triwulan III-2019 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,83 persen (y-on-y). Angka ini jauh menurun dibandingkan dengan Tri-wulan III-2019 yang tum-buh sebesar 5,20 persen (y-on-y),” kata Norma pekan lalu.

Faktor kedua menurutnya adalah Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Ru-mah Tangga pada PDRB terkontraksi. Di mana pengeluaran konsumsi rumah tangga pada Triwulan III-2020 terkontraksi sebesar 1,09 persen (y-on-y), menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 yang tumbuh sebesar 7,27 persen. Sementara fak-tor ketiga adalah laju Inflasi Umum Relatif Rendah. “Selama periode Maret 2020-September 2020, angka inflasi umum tercatat sebesar 0,02 persen,” ujarnya.

Faktor keempat menurut Norma adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami kenaikan. Pada Agustus 2020, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 7,37 persen. Terjadi kenaikan sebesar 1,36 persen poin dibandingkan Agustus 2019 yang sebesar 6,01 persen.

Dan faktor kelima, adalah banyaknya penduduk usia kerja yang terdampak Co-vid-19. “Sebanyak 287.637 (14,89 persen) penduduk usia kerja terdampak Covid-19 pada Agustus 2020. Rinciannya adalah 24.919 penduduk menjadi Pengangguran, 10.614 penduduk menjadi Bukan Angkatan Kerja, 17.280 penduduk menjadi Sementara Tidak Bekerja dan 234.824 penduduk Bekerja dengan Pengurangan Jam Kerja,” kata Norma.

Seperti diberitakan sebelumnya, penduduk miskin di Sulut pada September 2020 bertambah 7,25 ribu orang, menjadi 195,85 ribu orang. Sementara pada Maret 2020, penduduk miskin di Sulut baru 192,37 ribu orang.(jm)